Dada mengatakan alat senilai Rp 75 juta per unit tersebut berfungsi sebagai salah satu cara pemerintah kota Bandung untuk menyosialisasikan dan memberitahukan kepada masyarakat mengenai HIV-AIDS dan bahaya yang mengancam. Selain itu, agar masyarakat menyadari bahwa manusia yang terpapar HIV-AIDS juga memiliki kesempatan dan hak yang sama di masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan tema yang diangkat dunia internasional pada hari peringatan AIDS sedunia tahun 2009 "Universal Access and Human Right".
"Terpenting adalah pencegahan, penyuluhan, dan sosialisasi kepada masyarakat, instansi, sekolah tentang bahaya narkoba dan HIV-AIDS. Salah satunya, dengan memasang alat sosialisasi di sejumlah lokasi, seperti balai kota, kecamatan, sekolah, tergantung kemampuan APBD. Untuk awal, kita akan pasang di balai kota dulu," ujarnya seusai peringatan Hari HIV AIDS di Plaza balai Kota bandung, Jln. Wastukancana.
Selain itu, Dada mengungkapkan, juga memasukkan materi bahaya narkoba dan HIV-AIDS ke dalam pelajaran siswa sekolah dengan menjadikannya sebagai mata pelajaran muata lokal. "Masalahnya ada juga yang tidak tahu, seperti anak kelas enam SD yang pada tahun berikutnya menginjak SMP. Kalau tidak diberi tahu bahaya. Sehingga, sosialisasi sejak dini harus dilalukan. jadinya, Kota Bandung memiliki empat mulok, yakni lingkungan hidup, basa sunda, budi pekerti, dan narkoba," ujar Dada.
Disinggung mengenai target penurunan jumlah penderita HIV-AIDS di Kota Bandung, Dada mengatakan, pemkot terus berupaya untuk menurunkan jumlah mereka yang terpapar. Namun, ia mengakui hal tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah. "Tentu targetnya menurunkan. Tapi, tidak bisa 100 persen. Inginnya 100 persen, namun lima persen setahun juga sudah luar biasa," ucapnya. (A-188/A-147)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar